Terpisah selangkah, di depan mata
Aku melukaimu dengan kata-kata
Semestinya ini hanya tentang kita
Tidak ada yang harus menderita
Semenjak mataku jatuh pandang kepadamu
Tepat pada wajah yang berpaling dari arahku
Untuk sesaat yang terasa bagaikan keabadian
Segalanya memudar dan hanya ada satu warna
Kau. Jiwaku umpama bunga matahari yang akan
Selalu dan selamanya mengikuti cerah sinarmu
Hingga ke titik waktu kau meredup, penuh luka
Namun, aku tak pernah bisa berhenti mengejarmu
Seiring bergantinya masa, kita tak lagi sama
Tak kukenali sosok yang begitu patah hingga lupa
Apakah diri ini masihlah manusia yang pernah mendamba
Berharap agar kelak akan ada waktu untuk kita kembali berjumpa
Kepergianmu menyisakan luka yang dalam, bahkan tanpa perlu kata-kata
Kebersamaan kita yang sesingkat sesaat mungkin tak berarti apa-apa
Ada kata maupun tidak, pada akhirnya tetap saja kita yang terluka
Kita mulai merasa bahwa tidak ada lagi yang bisa dipercaya
Kendati detik demi detik kulalui tanpamu
Langit tetap biru dan di bawahnya
Kau tampak seterang mentari
Di mataku kau puisi
No comments:
Post a Comment