Saturday 15 October 2016

Manis yang Mengikat

“Kok, kamu ninggalin, sih?” Valme menepuk pundak Daphne dan langsung duduk di sampingnya. “Mi ayam sama teh manis satu, Bu,” teriaknya pada Bu Anita—penjual bakso dan mi ayam yang terkenal paling enak di kantin sekolah itu.
            “Lama, tahu, nungguin kamu dandan di toilet, keburu lapar, nih.” Daphne menunjuk semangkuk bakso yang ada di hadapannya.
            Valme mengerucutkan bibir. “Sekali-kali kamu juga dandan, dong, jangan polos begini.”
            “Buat apa?” tanya Daphne dengan alisnya yang terangkat.
            “Biar cantik,” jawab Valme singkat.
            Daphne menelan bakso yang telah dikunyahnya lalu menatap Valme dan berkata, “Cantik itu dari hati, bukan dari dandanan.”
            “Cielah, bijak amat. Masalah hati aja baru susah, tuh.” Valme langsung menelan ludah. Ia keceplosan. Tamat sudah riwayatnya jika menyinggung masalah itu lagi di depan Daphne.
           Daphne melirik Valme tajam. Saat Daphne hendak berbicara, Bu Anita datang membawa pesanan Valme. Ia langsung menyantap mi ayam dengan lahap tanpa memedulikan Daphne yang mendengus kesal di sebelahnya.
THEME BY RUMAH ES