Thursday 19 March 2015

Beban Hati

Ini tentang hati
Hati yang kuserahkan seluruhnya
Padamu, yang ku tahu akan mematahkannya

Benar saja
Kaupatahkan hatiku dengan mudahnya
Karena hati yang mencinta lebih mudah patah
Sedang aku sudah begitu lama memendam cinta

Hati ini patah
Sebelum kau jadi milikku
Namun, biarlah
Tak pernah kusesali itu


Aku tak apa-apa
Sungguh, aku rela

Saat nanti kau jadi milikku
Lalu kausakiti aku
Hati ini takkan lagi patah, Cinta
Kau tahu kenapa?
Kau tak bisa mematahkan hati yang sudah patah
Itulah mengapa aku tak pernah lelah

Hatiku sudah patah
Untuk apa aku menyerah?
Maka, biarlah aku tetap mencintaimu
Meski kau tak mencintaiku



Aku akan selalu di sini
Mengangkat beban hati
Sendiri

Sunday 1 March 2015

Reuni Rasa

            Aku mematut di depan cermin.  Kulirik jam yang bergelayut di dinding, lima menit lagi Candra menjemputku.  Sambil menunggu Candra, aku membuka galeri di ponsel.  Senyum mengembang di wajahku saat mengamati sebuah foto—yang seharusnya membuatku sakit.  Aku akan segera bertemu denganmu, batinku.
            Aku segera memasukkan ponsel ke dalam tas kecil berwarna merah maroon yang kupadukan dengan kardigan berwarna senada ketika mendengar suara klakson mobil.  Aku segera keluar kamar dan menuruni anak tangga, lantas membuka pintu.
            Seseorang membelakangi daun pintu. Tubuhnya tinggi menjulang, bahkan aku hanya setinggi bahunya.  Dia memakai kemeja lengan pendek berwarna navi dan celana denim panjang.  “Candra,” aku menyapa ragu.
            Sosok di depanku membalikkan badannya. “Niken?” Candra mengernyitkan dahinya. Sejurus kemudian dia menatapku dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
THEME BY RUMAH ES